4 Planet Dalam

4 Planet Dalam

Struktur dalam Planet Venus

Menurut Nasa, apabila kita membelah planet Venus dan Bumi menjadi dua, dari kutub ke kutub, dan meletakkannya berdampingan, kedua planet tersebut akan terlihat sangat mirip. Setiap planet mempunyai inti besi yang diselimuti oleh batuan panas. Di kedua planet ini, kulit tipis ini berubah bentuk dan kadang-kadang meletus menjadi gunung berapi sebagai respon terhadap pasang surutnya panas dan tekanan di bawahnya.

Di Bumi, pergerakan benua yang lambat selama ribuan dan jutaan tahun akan membentuk kembali permukaanya, nah proses ini dinamakan dengan lempeng tektonik. Pada awal sejarahnya, Venus juga memiliki hal serupa. Namun saat ini, di Venus sedang berlangsung proses subduksi, yaitu pergeseran satu lempeng benua ke bawah lempeng benua lainnya. Subduksi diyakini sebagai langkah pertama dalam menciptakan lempeng tektonik.

Ciri-ciri Planet Venus

Susunan Tata Surya Planet Dalam dan Planet Luar

Susunan Tata Surya di bagi menjadi dua, yaitu planet dalam dan planet luar. Berikut ini urutan planet beserta penjelasannya:

Medan Magnet Planet Venus

Meskipun Venus memiliki ukuran yang mirip dengan Bumi, dan inti besinya pun sama, namun planet Venus tidak memiliki medan magnet yang dihasilkan secara internal. Venus memiliki medan magnet yang lemah, karena, pada tahun 1967, Venera 4 menemukan bahwa medan magnet di planet Venus dihasilkan dari ionosfer dengan angin matahari.

Venus mempunyai medan magnet yang diinduksi. Medan magnet yang diinduksi ini menyelimuti planet dan berbentuk seperti tetesan air mata yang memanjang, atau berbentuk seperti ekor komet, ketika angin matahari bertiup melewati Venus dan keluar ke tata surya.

Orbit Planet Venus

Dikutip melalui Nasa, orbit adalah suatu jalur yang berulang secara teratur, di mana suatu objek mengelilingi objek yang lainnya. Planet Venus memiliki orbit terlambat yang ada pada tata surya. Periode orbitnya yakni, 224,65 hari dari planet Bumi.

Bentuk orbit Planet Venus terhadap matahari yaitu bulat, berbeda dengan planet lainnya yang berbentuk elips. Hal ini dikarenakan, planet Venus memiliki eksentrisitas yang lebih rendah dibanding planet lainnya, yaitu 0,01. Angka 0 pada eksentrisitas menunjukkan lingkaran sempurna, dan lebih dari 0 menunjukkan parabola.

Planet Terpanas di Tata Surya

Mengutip melalui buku berjudul Buku Tematik Terpadu: Menjelajah Angkasa Luar (2021) Venus adalah planet kedua dari Matahari, namun lebih panas daripada Merkurius. Planet Venus memiliki suhu sekitar 470 derajat celcius. Detikers pasti penasaran, kenapa bisa Venus planet terpanas padahal bukan planet terdekat dari Matahari? Ini dikarenakan, atmosfer yang ada pada Venus sangat tebal dan terdiri dari gas rumah kaca seperti karbon dioksida.

Gas-gas rumah kaca memungkinkan energi panas dari Matahari melintas ke permukaan Venus. Panas kemudian akan dipantulkan dan bergerak kembali ke angkasa, tapi gas-gas tersebut memerangkap panas, sehingga tidak bisa keluar dan menghangatkan atmosfer. Hal serupa terjadi di Bumi, di mana sering dikaitkan dengan pemanasan global. Selain itu, di Venus memiliki jejak nitrogen dan awan yang ada di Venus terbuat dari asam sulfat.

Planet Venus memiliki pegunungan dan gunung berapi. Dikutip melalui Science On Sphere, sebagian besar dari Venus tertutup oleh dataran yang bergulung-gulung. Sekitar 80% permukaan Venus terdiri dari daratan vulkanik, dengan 70% nya merupakan daratan bubungan berkerut, dan 10% nya adalah daratan halus berlekuk. Sisa 20% nya adalah dua benua dataran tinggi, dengan masing-masing berada di belahan utara dan selatan.

Benua pertama disebut Ishtar Terra yang terletak di belahan Bumi Utara seukuran Australia. Titik tertinggi di Venus, yaitu gunung Maxwell Montes terletak di Ishtar Terra. Benua kedua disebut Aphrodite Terra, terletak di sepanjang garis khatulistiwa dan memiliki ukuran sebesar Amerika Selatan.

Permukaan dari Venus secara geologis masih relatif muda, yakni berusia sekitar 300 hingga 500 juta tahun. Sekitar 90% permukaan Venus tampak seperti lava basal yang mengeras. Venus memiliki lebih dari 1000 gunung berapi.

Planet Venus berotasi secara berlawanan. Itulah yang menyebabkan, Matahari terbit di sebelah barat, dan terbenam di sebelah timur. Garis khatulistiwa pada planet Venus bisa menjadi alasan mengapa planet Venus sangat lambat dalam berotasi. Garis khatulistiwanya yakni memiliki kecepatan 65 km/h. Hal ini memperlambat 6,5 menit per hari rotasi Venus terhadap matahari.

Rotasi Venus sangat lambat yakni membutuhkan 234 hari di Bumi untuk berputar satu kali putaran. Karena Venus jaraknya dekat dengan matahari, satu tahun di Venus berlalu sangat cepat. Venus membutuhkan 225 hari di Bumi untuk mengelilingi matahari.

Ini artinya, satu hari di Venus sedikit lebih lama daripada satu tahun di Venus. Di Bumi, Matahari terbit dan terbenam satu kali setiap hari, namun di Venus, matahari terbit setiap 117 hari di Bumi. Itu artinya, matahari terbit dua kali dalam satu tahun di Venus.

Tekanan Cukup Ekstrem

Tekanan di permukaan planet Venus, 92 kali lebih besar daripada tekanan di permukaan planet Bumi. Tekanan ini sebanding dengan samudra sedalam 1 kilometer di Bumi. Untuk memudahkan detikers memahaminya, coba bayangkan lebih dari 600 kilogram benda bertumpu pada tubuh kamu, ini sama saja seperti jempaki kamu tertindih dengan mobil.

Cara lain untuk membayangkan tekanan atmosfer adalah dengan membayangkan berada satu kilometer (sekitar 0,6 mil) di bawah air, dengan semua air yang menekan kamu. Seperti contohnya, seseorang yang melakukan sebuah misi untuk menjelajahi kedalaman lautan, biasanya akan menggunakan kapal selam khusus yang berfungsi untuk menahan tekanan.

Penyelam yang tidak terlindungi tidak akan bertahan, dan tidak dapat menghirup oksigen dari tangki mereka karena semua tekanan yang menekan dada mereka. Berdiri di permukaan Venus, pada dasarnya terasa seperti kamu akan terhimpit oleh massa atmosfer yang ada di atas kamu.

Melalui penjelasan di atas, bisa disimpulkan, bahwa ciri-ciri planet Venus, yaitu planet terpanas, topografinya, rotasi yang berlawanan, orbit terlambat, iklim dan atmosfer Venus yang lebih besar dari Bumi, struktur dalam planet yang unik, medan magnet yang lemah, dan tekanan yang ekstrem. Demikian penjelasan yang dapat detikEdu rangkum. Semoga bermanfaat!

Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita?

Pada tahun 2006, International Astronomical Union (IAU) membuat keputusan yang kontroversial untuk mendefinisikan ulang kata "planet", dan akibatnya, Pluto diturunkan statusnya menjadi planet kerdil.

Keputusan ini memicu perdebatan sengit di antara para ilmuwan dan publik, dan hingga saat ini, masih banyak yang mempertanyakan alasan di baliknya.

Artikel ini akan mengupas sejarah dan kontroversi seputar klasifikasi ulang Pluto. Kita akan menjelajahi definisi "planet" yang terus berkembang dan bagaimana Pluto tidak lagi memenuhi kriteria tersebut.

Kita juga akan melihat bagaimana penemuan baru di tata surya kita menantang pemahaman kita tentang planet dan mengaburkan garis antara planet dan objek lain.

Arti Sebuah Planet yang "Menyingkirkan" Pluto

Melansir Space.com, ata "planet" berasal dari bahasa Yunani "planetes" yang berarti "bintang yang mengembara".

Lima planet klasik - Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus - dapat dilihat dengan mata telanjang dan tampak bergerak melintasi langit dengan jalur yang berbeda dibandingkan bintang-bintang lain yang lebih jauh.

Setelah teleskop ditemukan, astronom menemukan dua planet baru, Uranus dan Neptunus, yang terlalu redup untuk dilihat dengan mata telanjang.

Ketika para astronom menemukan Ceres (sekarang dikategorikan sebagai planet kerdil), mereka awalnya memasukkannya sebagai "planet".

Namun, pandangan ini berubah seiring dengan pengukuran yang lebih akurat yang menunjukkan ukuran Ceres lebih kecil daripada planet lain yang diketahui saat itu.

Baca Juga: Cerita di Balik Pluto, Dewa Dunia Bawah Romawi Kini Jadi Nama Planet

Akhirnya, Ceres dikelompokkan ke dalam kelompok benda berbatu yang disebut "asteroid", yang kini jumlahnya ratusan ribu hanya di sabuk asteroid saja.

Pluto ditemukan dan diklasifikasikan sebagai planet pada tahun 1930.

Namun, orbit Pluto sangat elips, atau lonjong, sehingga selama 20 tahun dari periode orbitnya yang 248 tahun, Pluto justru lebih dekat ke Matahari dibandingkan Neptunus.

NASA/Johns Hopkins University Gambar Pluto diambil oleh New Horizons pada 14 Juli 2015, dari jarak 22.025 mil (35.445 kilometer). Pelajari mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita dan bagaimana definisi 'planet' terus berkembang.

NASA/Johns Hopkins University

Gambar Pluto diambil oleh New Horizons pada 14 Juli 2015, dari jarak 22.025 mil (35.445 kilometer). Pelajari mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita dan bagaimana definisi 'planet' terus berkembang.

Selain itu, orbit Pluto juga miring terhadap ekliptika, yaitu bidang tempat planet-planet lain di tata surya mengorbit.

Pada tahun 1992, para ilmuwan menemukan objek pertama di Sabuk Kuiper, yakni 1992 QB1, sebuah benda kecil yang mengorbit di sekitar Pluto dan melampaui orbit Neptunus.

Segera setelahnya, lebih banyak objek serupa ditemukan, membentuk sabuk objek beku yang kecil, mirip dengan sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter.

Meskipun Pluto tetap menjadi yang terbesar di wilayah ini, pada Juli 2005, para astronom menemukan Eris, yang pada awalnya diperkirakan lebih besar dari Pluto.

Penemuan tentang orbit Pluto inilah yang kemudian memicu perubahan klasifikasi Pluto.

Misi New Horizons dan Perdebatan Planet

Namun, keputusan IAU untuk menurunkan status Pluto tidak diterima semua pihak. "Saya malu dengan dunia astronomi," kata Alan Stern, pemimpin misi New Horizons NASA yang melintasi Pluto di tahun 2015, kepada Space.com. Ia menambahkan bahwa kurang dari 5 persen astronom dari 10.000 astronom di dunia yang berpartisipasi dalam pemungutan suara.

Baca Juga: Mengejutkan! Orbit Pluto Berbeda dengan yang Lain, Sangat Kacau!

Misi New Horizons menjadi titik balik yang signifikan dalam perdebatan planet. Pesawat ruang angkasa ini berhasil terbang mendekati Pluto dan mengungkapkan dunia yang jauh lebih dinamis daripada yang dibayangkan sebelumnya.

Gunung-gunung besar, kawah yang terhantam meteor, dan tanda-tanda aliran cairan di permukaan Pluto semuanya mengarah pada dunia yang mengalami perubahan geologi besar-besaran sejak terbentuk.

Berdasarkan hal ini saja, orang-orang seperti Stern berpendapat bahwa Pluto seharusnya dianggap sebagai planet karena merupakan tempat yang dinamis, bukan benda statis yang hanya permukaannya terganggu oleh mikrometeoroid.

Pemandangan Charon, bulan Pluto, juga menunjukkan tempat yang sangat aktif, termasuk topi merah di kutubnya yang tampak berubah penampilan seiring dengan perubahan musim yang lambat di tata surya bagian luar.

Selain itu, Pluto memiliki beberapa bulan, sementara dua planet yang sudah mapan, Merkurius dan Venus, tidak memiliki bulan. (Banyak asteroid dan planet kerdil juga memiliki bulan, yang semakin memperumit definisi planet.)

Pandangan tersebut diamini oleh banyak masyarakat umum. Pada tahun 2014, tak lama sebelum misi New Horizons melintasi Pluto, para ahli di Pusat Astrofisika Harvard & Smithsonian (CfA) di Cambridge, Massachusetts, memperdebatkan definisi planet yang berbeda.

Sejarawan sains Owen Gingerich, yang memimpin komite definisi planet IAU, menyatakan bahwa "planet adalah kata yang didefinisikan secara budaya dan berubah seiring waktu."

Namun, penonton yang menyaksikan debat CfA sebagian besar memilih definisi peserta lain - definisi yang akan mengembalikan Pluto ke dalam kelompok planet.

Skema klasifikasi alternatif terus bermunculan. Sebuah proposal di tahun 2017 mendefinisikan planet sebagai "objek bulat di luar angkasa yang lebih kecil dari bintang."

Ini akan membuat Pluto menjadi planet lagi, tetapi juga akan memasukkan Bulan milik Bumi dan banyak bulan lainnya di tata surya, sehingga jumlah total planet yang diakui secara resmi menjadi 110.

Setahun kemudian, Stern, bersama dengan ilmuwan planet David Grinspoon, menulis artikel opini di The Washington Post yang berpendapat bahwa definisi IAU dibuat terburu-buru dan cacat serta para astronom harus mempertimbangkan kembali definisi tersebut.

Baca Juga: Tak Hanya Dingin dan Mati, Tapi Pluto Juga Memiliki Lanskap yang Unik

Akankah Pluto Menjadi Planet Lagi?

Permohonan tersebut sejauh ini belum dihiraukan, dan tampaknya IAU tidak akan membahas kembali kontroversi ini dalam waktu dekat. Ahli astrofisika Ethan Siegel menanggapi Stern dan Grinspoon di Forbes dengan menulis: "Fakta sederhana adalah bahwa Pluto salah diklasifikasikan ketika pertama kali ditemukan; itu tidak pernah setara dengan delapan planet lainnya."

Mike Brown turut angkat bicara. "Jadi, Pluto tetap bukan planet. Sebenarnya, tidak pernah demikian. Kita hanya salah paham selama 50 tahun. Sekarang, kita tahu lebih baik. Rasa nostalgia terhadap Pluto bukanlah argumen yang tepat untuk mengembalikan statusnya sebagai planet, dan itulah yang ada saat ini. Mari kita hadapi kenyataan," tulis Brown di Twitter, di mana ia menggunakan nama pengguna @plutokiller untuk menunjukkan perannya dalam perubahan definisi Pluto.

Meskipun Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet, ia tetap menjadi objek yang menarik dan penuh misteri di tata surya kita.

Penemuan New Horizons pada tahun 2015 telah memberi kita wawasan baru tentang Pluto dan bulan-bulannya, dan penelitian yang sedang berlangsung terus mengungkap lebih banyak tentang dunia yang jauh ini.

Klasifikasi ulang Pluto mungkin memicu kontroversi, tetapi ini juga merupakan pengingat bahwa sains adalah proses yang dinamis dan terus berkembang.

Seiring dengan semakin banyaknya pengetahuan yang kita peroleh tentang alam semesta, definisi dan pemahaman kita tentang planet mungkin perlu diubah lagi.

Pada akhirnya, pertanyaan "mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita?" adalah pertanyaan yang mencerminkan sifat penemuan ilmiah dan mendorong kita untuk terus menjelajahi dan mempelajari alam semesta yang menakjubkan di sekitar kita.

Kehidupan Para Helot, Budak Bangsa Sparta pada Zaman Yunani Kuno

Susunan Tata Surya Planet Dalam

Urutan planet dalam dimulai dari Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.

Merkurius adalah planet terkecil dan terdekat dengan Matahari di Tata Surya. Periode revolusinya sangat singkat, hanya 87,79 hari, dan ia merupakan planet inferior dengan orbit di sebelah dalam orbit Bumi. Dalam pengamatan dari Bumi, jarak sudutnya dari Matahari tidak pernah melebihi 28°.

Merkurius hanya bisa dilihat dekat ufuk barat setelah matahari terbenam atau ufuk timur sebelum matahari terbit. Planet ini terkunci pasang surut terhadap Matahari dengan putaran-resonansi orbit 3:2. Sumbu Merkurius memiliki kemiringan terkecil dan eksentrisitas orbit terbesar dari semua planet di Tata Surya.

Permukaannya penuh dengan kawah dan mirip dengan Bulan, menunjukkan bahwa geologi permukaannya telah berhenti selama miliaran tahun. Suhu permukaannya sangat beragam, berkisar dari 100 K pada malam hari hingga 700 K pada siang hari. Merkurius tidak memiliki satelit alami yang diketahui.

Baca juga: 7 Teori Pembentukan Tata Surya Yang Wajib di Ketahui

Venus adalah planet kedua terdekat dari Matahari setelah Merkurius. Ia mengorbit Matahari dalam waktu 224,7 hari Bumi dan tidak memiliki satelit alami. Venus dinamai dari dewi cinta dan kecantikan dalam mitologi Romawi, merupakan objek alami tercerah kedua di langit malam setelah Bulan.

Venus kadang-kadang disebut “planet saudara” Bumi karena ukuran, gravitasi, dan komposisi yang mirip. Akan tetapi, Venus memiliki atmosfer terpadat di antara planet-planet kebumian yang terdiri dari 96% karbon dioksida.

Tekanan atmosfer permukaan Venus 92 kali lebih besar daripada Bumi dan suhu rata-rata permukaannya sebesar 735 K. Venus tidak memiliki siklus karbon, samudra, atau kehidupan organik dan permukaannya diselimuti oleh lapisan buram yang terdiri dari awan asam sulfat yang sangat reflektif.

Venus mungkin pernah memiliki samudra, namun sekarang telah menguap karena efek rumah kaca yang berkelanjutan. Akibat dari ketiadaan medan magnet internal di Venus, angin matahari telah membuat hidrogen bebas mengalami pelepasan ke luar angkasa.

Permukaan Venus bergurun, kering, dan diselingi oleh batuan yang diperbarui secara periodik oleh aktivitas vulkanik. Venus disebut Bintang Fajar atau Bintang Senja karena kecerahan maksimalnya dapat dilihat segera sebelum matahari terbit atau setelah matahari terbenam.

Bumi adalah planet terpadat dan terbesar kelima di Tata Surya serta planet terbesar dari empat planet kebumian. Planet ini terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu dan kehidupan muncul sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu.

Lebih dari 70% permukaan Bumi ditutupi oleh air, dan sisanya terdiri dari benua dan pulau-pulau. Litosfer Bumi terdiri dari beberapa segmen lempeng tektonik, dan interior Bumi masih aktif. Bumi berinteraksi dengan objek lain di Tata Surya dan Bulan adalah satelit alami Bumi.

Perputaran Bumi pada sumbunya menciptakan 365,26 hari matahari atau satu tahun sideris, dan miring 23,4° dari serenjang bidang orbit, yang menyebabkan perbedaan musim dengan periode satu tahun tropis.

Mars, planet keempat terdekat dari Matahari, dinamai dari dewa perang Romawi dan sering disebut “planet merah” karena keberadaan besi(III) oksida di permukaannya, Mars adalah planet bebatuan dengan atmosfer tipis, memiliki kawah, gunung berapi, lembah, gurun, dan tudung es.

Ada Olympus Mons, gunung tertinggi di Tata Surya, Valles Marineris, lembah terbesar di Tata Surya, dan cekungan Borealis yang meliputi 40% permukaan Mars. Meskipun lebih bersahabat bagi kehidupan dibandingkan Venus, keadaan di Mars tidak ideal untuk manusia karena suhu udara yang rendah dan tekanan udara yang rendah dengan sebagian besar karbondioksida.

Ada 2 satelit, Fobos dan Deimos, dan Mars mengelilingi Matahari selama 687 hari dengan rotasi 25,62 jam. Meskipun tidak ditemukan jejak kehidupan di sana, di daerah Cydonia Mensae ada sebuah kenampakan unik berupa perbukitan yang menyerupai wajah manusia, meskipun kini terbukti sebagai kenampakan alam biasa.

Baca juga: Teori Bintang Kembar: Proses Pembentukan Tata Surya

Susunan tata surya – Tata Surya adalah sistem planet yang paling banyak dipelajari di dunia karena merupakan bagian penting dalam pemahaman astronomi.

Sistem ini terdiri dari delapan planet, yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus, serta asteroid, komet, dan benda-benda kecil lainnya yang mengorbit Matahari.

Kedelapan planet tersebut terdiri dari dua jenis planet, yaitu planet dalam dan planet luar. Planet dalam terdiri dari Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars, sementara planet luar terdiri dari Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

Iklim dan Atmosfer Venus

Planet Venus memiliki massa atmosfer yang lebih besar dari bumi yaitu 93 kali lebih besar. Atmosfer di Venus terdiri dari CO2 dan awan yang berasal dari asam sulfat sehingga menghasilkan efek rumah kaca terkuat yang pernah ada di tata surya. Dikutip melalui laman Astronomy, Venus kemungkinan besar memiliki iklim yang sama dengan di Bumi.

Kemungkinan, Venus memiliki lautan, hujan, bahkan salju. Namun, kurang dari satu miliar tahun yang lalu, iklim yang ada di Venus berubah secara dramatis karena efek dari rumah kaca. Periode vulkanisme yang intensif memompa cukup banyak karbon dioksida ke atmosfer, menyebabkan adanya peristiwa perubahan iklim yang besar.